Selasa, 06 Oktober 2015

Vidio Pembuatan Lava Lamp (Percobaan Kimia Sederhana)


Vidio Animasi Keamanan Laboratotium Kimia


Vidio Animasi Destilasi


Destilasi, Kromatografi dan Ekstrasi

                                                                          DESTILASI

Destilasi adalah proses yang telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun yang lalu. Proses ini diyakini pertama kali digunakan oleh ahli kimia Arab untuk memisahkan parfum. Hari ini, destilasi memainkan peran penting dalam kimia organik. Kimiawan dapat mengidentifikasi dan memurnikan senyawa organik dengan menggunakan metode destilasi.
Proses Destilasi
Bagaimana proses penyulingan dilakukan? Proses ini melibatkan pemanasan cairan sampai mendidih sehingga memaksa komponen untuk memisahkan. Idenya adalah bahwa senyawa yang berbeda dalam campuran cairan memiliki titik didih yang berbeda. Sebuah tingkat panas tertentu akan digunakan untuk membawa satu senyawa ke titik didihnya sampai berubah menjadi fase gas. Titik didih adalah suhu tertentu panas ketika telah dicapai, yang akan membuat cairan mendidih.
Cairan dalam bentuk gas akan mengembun kembali ke keadaan semula. Proses ini diulang sampai semua senyawa dalam campuran dipisahkan. Ide destilasi adalah untuk membagi senyawa dari bahan non-volatile atau kurang stabil. Umumnya, destilasi digunakan untuk memisahkan campuran cair. Namun, hal itu juga dapat diterapkan untuk gas dengan membalikkan proses. Pencairan gas dimungkinkan melalui perubahan suhu dan tekanan.
Ada banyak kegunaan dari penyulingan terutama pada proses komersial. Produk industri utama seperti bensin, penyulingan air, xylene, minyak tanah, parafin, alkohol dll. Hanya beberapa yang menggunakan proses destilasi. Destilasi memiliki empat kelompok utama dalam hal penerapannya. Empat kelompok yang dikenal sebagai skala laboratorium, destilasi industri, parfum atau destilasi obat, dan pengolahan makanan.
Ada perbedaan antara skala laboratorium dan destilasi industri. Perbedaannya adalah bahwa skala laboratorium dilakukan dalam kumpulan (batch) sementara destilasi industri dilakukan terus-menerus. Destilasi batch ditandai dengan masih disertakan dengan campuran makanan. Proses ini disiapkan dalam batch. Fraksi komponen terpisah dikumpulkan satu demi satu dari yang paling stabil menjadi kurang stabil. Fraksi non-volatile yang dikeluarkan pada akhir proses.
Destilasi kontinyu dianggap memiliki kontrol yang lebih baik dari proses pemisahan dibandingkan dengan destilasi batch. Proses destilasi ini melibatkan menjaga bahan sumber, uap, dan distilat pada komposisi konstan. Hal ini dimungkinkan oleh kecermatan pengisian bahan sumber. Fraksi dari kedua uap dan cairan dalam sistem dihapus kemudian.


                                                    KROMATOGRAFI

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokannya. Contoh pada mekanisme pemisahannya berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi :
a.       Kromatografi lapis tipis
b.      Kromatografi penukar ion
c.       Kromatografi Penyaringan Gel
d.      Kromatografi Elektroforesis
e.       Kromatografi kertas
f.       Kromatografi gas
Berikut ini meruapakan penjelasa lengkap mengenai macam-macam kromatografi :
1.      Kromatografi Lapis Tipis
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
2.      Kromatografi Penyaringan Gel
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.
3.      Kromatografi Elektroforesis
Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
4.      Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.
Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari kromatografi partisi yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fasa diam. Oleh karena itu disebut kromatografi kertas. Sebagai fasa diam adalah air yang teradsorpsi pada kertas dan sebagai larutan pengembang biasanya pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air.
Dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler. Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR) atau volume retention (VR).
Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jarak yang ditempuh noda jarak yang ditempuh pelarut.
Harga Rf zat baku dapat diidentifikasikan komponen campuran, karena harga besaran ini bersifat khas untuk setiap zat asal digunakan jenis pengembang yang sama. Kadang-kadang pemisahan dalam satu arah belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dapat dipakai cara kromatografi kertas dua dimensi, yang mana letak kertas diubah sehingga arah pemisahan juga berubah.
Secara umum kromatografi kertas dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi sejumlah komponen pada jarak 0,5 sampai 1cm dari tepi kertas. Setelah penetesan larutan pada kertas, maka bagian bawah kertas dicelupkan dalam larutan pengambang(developing solution). Larutan ini umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air.
5.      Kromatografi Gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.

                                                                 EKSTRAKSI


Merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain-lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Penggunaan sampel segar lebih disukai karena penetrasi pelarut yang dig selama penyarian kedalam membran sel tumbuhan secara difusi akan berlangsung lebih cepat, selain itu juga mengurangi kemungkinan terbentuknya polimer berupa resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses pengeringan. Penggunaan sampel kering dapat mengurangi kadar air didalam sampel sehingga mencegah kemungkinan rusaknya senyawa akibat aktivitas anti mikroba.
Beberapa macam metode Ekstraksi :
A.    Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam sampel dalam pelarut yang sesuai selama 3×5 hari.

B.     Sokletasi
Sokletasi adalah metode penyarian secara berulang- ulang senyawa bahan alam dengan menggunakan alat soklet. Sokletasi merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik menggunakan alat soklet. Pada cara ini pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah.
C.     Perkolasi
Merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik yang sesuai secara lambat menggunakan alat perkolator.
D.    Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada suhu 30-40oC. Metoda ini digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu biasa.
E.     Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu 90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
F.      Dekokta
Proses penyarian dengan metoda ini hampir sama dengan infus, perbedaanya terletak pada lamanya waktu pemanasan yang digunakan. Dekokta membutuhkan waktu pemanasan yang lebih lama dibanding metoda infus, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90oC. Metoda ini jarang digunakan karena proses penyarian kurang sempurna dan tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang termolabil.
G.    Fraksinasi
Fraksinasi merupakan teknik pemisahan atau pengelompokan kandungan kimia ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua pelarut yang tidak bercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda

Rabu, 16 September 2015

Material Safety Data Sheet (MSDS)

MSDS atau dalam bahasa kita dikenal dengan ‘Informasi Data Keamanan Bahan’ merupakan informasi mengenai cara pengendalian bahan kimia berbahaya (B3), bisa diartikan juga lembar keselamatan bahan.
Informasi MSDS ini berisi tentang uraian umum bahan, sifat fisik dan kimiawi, cara penggunaan, penyimpanan hingga pengelolaan bahan buangan.
Mengapa kita harus mengetahui dan menerapkan MSDS ?
Pada prinsipnya agar kita tetap terjaga kesehatan dan keselamatan pada waktu bekerja menggunakan bahan kimia. Selain itu fungsi MSDS adalah agar :
1.      Mengetahui potensi bahan kimia
2.      Menerapkan teknologi pengendalian dalam melindungi pekerja
3.      Mengembangkan rencana pengelolaan bahan kimia di tempat kerja
4.      Merencanakan pelatihan pada pekerja yang langsung kontak dengan B3


A. Asam Nitrat (HNO3)

KOMPOSISI BAHAN 
Bahan yang dimaksut adalah HNO65% ekstra murni dimana komposisi zat-zat pengotor yang terkandung didalamnya juga berada dalam konsentrasi yang sangat rendah. Sebagimana data dibawah ini :
Assay (alkalimetri):64.3 – 66.4 %
Chlorida (Cl):≤ 0.0003 %
Nitrogen oxida (as N2O3):≤ 0.003 %
Sulphat (SO4):≤ 0.001 %
Logam berat (seperti Pb):≤ 0.0005 %
As (Arsenic):≤ 0.0001 %
Ca (Kalsium):≤ 0.001 %
Fe (Besi):≤ 0.0004 %
NH4 (Ammonium):≤ 0.001 %
Residu terlarut:≤ 0.01 %

SIFAT:
1. Sifat Fisika
  •     Bentuk: Cair
  •     Warna: Tidak Berwarna
  •     Bau: Pedih
  •     Titik Lebur : -32 °C
  •     Titik Didih/Rentang Didih: 121 °C
  •     Tekanan Uap:9,4hPa(20°C)
  •     Densitas: 1.39 g/cm3 (20°C)
  •     Kelarutan dalam air : Pada 20 °C    Larut
  •     Berat Molekul: 63,012 g/mol
  •     pH: < 1 (20°C)
  •     Massa relative: Mr :63,012 g/mol
2. Sifat kimia 

Asam nitrat tidak stabil terhadap panas dan matahari dan akan  terurai sebagai berikut :
  • 2HNO3 + ½O2 →2NO3 + H2O
  • Larutan asan nitrat pekat berwarna kuning yang berasal dari warna NO2 terlarut. Untuk mengurangi penguraian asam nitrat ini, maka asam nitrat disimpan dalam botol berwarna coklat
  • Di dalam larutan pekatnya, asam nitrat mengalami ionisasi :
    2HNO3 + H2O → NO+ + NO3+ 2H2O
  • Asam nitrat dalam larutan asamnya adalah asam kuat. Hal ini disebabkan karena besarnya muatan positif pada atom N sehingga elektron OH tertarik kuat, akibatnya atom H menjadi mudah lepas.
    HNO3 + H2O →H3O+ + NO3
PENANGANAN:
1. Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
  • Setelah terhirup uap dari bahan , maka segera hirup udara segar. Kemudian segera minta bantuan dokter.
  • Setelah kontak dengan kulit, segera cuci dengan air dalam jumlah banyak untuk menghindari terjadinya dampak sistemik yang ditimbulkan oleh bahan. Oles dengan polyethylene glycol400. Segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan kemudian segera minta bantuan dokter.
  • Setelah kontak pada mata, bilaslah dengan air yang banyak. Pada kondisi tumpahan yang tidak ditangani segera dapat mengakibatkan kebutaan. Segera hubungi dokter mata.
  • Setelah tertelan segera beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas) dan  hidari muntah (resiko perforasi!). Segera panggil dokter. Jangan mencoba menetralisir.
2. Penaggulangan Kebakaran:
Apabila terjadi kebakaran adalah sangat penting untuk menggunakan alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi lokasi dan lingkungan sekeliling. Saat terjadi kebakaran api ambient dapat melepaskan uap yang sangat berbahaya sebingga petugas pemadam kebakaran harus dilengkapi dengan alat bantu pernapasan dan alat pelindung lain untuk menghindari dampak sampingan yang tidak diinginkan.
Sifat oksidator dari bahan ini dapat memperhebat api karena kemampuanya menghasilkan oksigen pda proses reaksinya. Cara penanggulangnan yang paling efektif adalah dengan mengisolasi daerah terbakar. Dan mendinginkan container sehingga api tidak merambat ke tempat lain.

3. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
Tindakan pencegahan pribadi, disarankan untuk menghindari kontak langsung dengan tubuh karena bahan ini bereaksi cepat dengan kulit dan dapat menyebapkan luka bakar yang parah. Jangan menghirup uap-uap aerosol karena pengaruh yang akut terhadap pernapasan sehingga penting untuk bekerja di ruang asam atau ruangan dengan fentilasi yang memadai.
Tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan. Jangan membuang bahan ke saluran pembuangan karena sifat asamnya dapat menyebapkan rusaknya ekosisten air.
Dalam metode pembersihan dapat digunakan bahan penyerap cairan dan penetral seperti chemizorb, merck art No. 101595 dan lain sebagainya. Setelah bahan diserap kemudian dapat diteruskan ke pembuangan.

 B. SODIUM HYDROXIDE (NaOH)

KOMPOSISI
sodium carbonate (<3%)
sodium hydroxide (95-100%)
SIFAT:
1. Sifat Fisika
  •  Rumus molekul: NaOH
  • Massa molar: 39.99711 g/mol mol
  • Penampilan : putih solid, hidroskopis
  • Kepadatan : 2.13 g/cm 3
  • Titik lebur: 318 °C, 591 K, 604 °F
  • Titik didih : 1388 °C, 1661 K, 2530 °F
  • Kelarutan dalam air: 1110 g/L (20 °
  • Kelarutan dalam etanol: 139 g/L
  • Kelarutan dalam metanol : 238 g/L
  • Kelarutan dalam gliserol : Larut
  • Keasaman (p K a) : ~13
  • Data fisik ditampilkan untuk solusi 5% natrium hidroksida 
  • Penampilan: Jelas, solusi tidak berwarna.
  • Bau: Tidak berbau.
  • Kelarutan: Larut dalam air.
  • Kepadatan: 5% larutan: 1,05
  • pH : 14.0
  • % Volatil dengan volume @ 21C (70F) : informasi tidak ditemukan
2. Sifat Kimia:
NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter.
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.

PENANGANAN:
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
  • Mata:
Dalam kasus kontak, siram mata segera dengan banyak air selama minimal 15 menit. Mendapatkan bantuan medis dengan segera.
  • Kulit:
Dalam kasus kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit saat mengeluarkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Mendapatkan bantuan medis dengan segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
  • Tertelan:
Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Mendapatkan bantuan medis dengan segera. Jika korban sepenuhnya sadar, berikan satu mangkuk air. Jangan pernah memberikan sesuatu melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
  • Terhirup:
Jika dihirup, lepaskan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

3. Tindakan Melawan Kebakaran:
  • Informasi Umum : Seperti api apapun, pakai alat bernafas dan peralatan pelindung penuh. Gunakan semprotan air untuk menjaga api tak berkembang. Gunakan air dengan hati-hati dan dalam jumlah sangat banyak. Kontak dengan  kelembaban atau air dapat menghasilkan panas yang cukup untuk menyalakan bahan mudah terbakar di dekatnya. Kontak dengan logam dapat berkembang  menjadi hidrogen gas yang mudah terbakar.
  • Media Pemadaman : Zat adalah noncombustible, penggunaan agen yang paling tepat untuk memadamkan api di sekitarnya.

4. Tindakan  Pelepasan Darurat
Buka Ventilasi di area terjadi kebocoran atau tumpahan.Jauhkan orang dari daerah tumpahan. Pakailah pelindung peralatan pribadi yang sesuai . Mengemas lagi cairan bila memungkinkan. Jangan membuang residu kaustik ke saluran pembuangan. Residu dari tumpahan dapat diencerkan dengan air, dinetralkan dengan cairan asam seperti asetat, klorida atau sulfat.

 C. Ethanol (C2H5OH)

KOMPOSISI BAHAN
Ethanol

SIFAT:
1. Sifat Fisika Kimia 
  • Bentuk fisik: air
  • Bau: khas alkohol
  • Warna : tak berwarna
  • Titik didih: > 760C (168,80F)
  • Titik baku: -113,840C (-172,90F)
  • Masa jenis : 0,789 – 0,806
  • Densitas: 1,59 – 1,62
  • Tingkat penguapan: 1,7
  • Lof Kw: < 1 (-0,32)
  • Solubilitas / kelarutan: larut dalam air dingin

PENANGANAN:
1. Pertolongan pertama pada kecelakaan
  • Mata:
bilas segera dengan air banyak minimal 15 menit cari pertolongan medis jika terjadi iritasi
  • Kulit:
bilas segera dengan air yang banyak, pisahkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi, cuci pakaian sebelum digunakan kembali, bersihkan sepatu sebelum digunakan kembali, jika iritasi berlanjut segera cari pertolongan medis
  • Pernapasan:
pindahkan ke tempat yang berudara segar cari pertolongan medis
  • Pencernaan:
jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut korban yang pingsan, jika bahan ini tertelan dalam jumlah banyak segera cari pertolongan medis.

2. Pemadaman kebakaran
  • Mudah terbakar pada fase cair dan uap
  • Titik nyala : 11-140C (51,8-57,20F)
  • Batas mudah terbakar : lebih rendah > 1,3%
  • Produk pembakaran korban oksida (CO2 dan CO)
  • Bahaya ledakan / kebakaran yang tidak biasa : uap dapat menyebabkan percikan api, membuang bahan ke saluran pembuangan dapat menyebabkan bahaya ledakan.
  • Instruksi pemadam kebakaran
  • Api kecil: gunakan bahan kimia kering
  • Api besar: jangan memadamkan api ketika api terkena bahan, menjauh dari area dan biarkan kebakaran terjadi
  • Pakaian pelindung pemadam kebakaran harus memakai pakaian pelindung serta pelindung alat pernapasan yang sesuai.
3. Tindakan penyelamatan kecelakaan
Jika terjadi kebocoran segera hubungi bagian penyelamatan darurat, mengurangi sumber penyalaan hentikan kebocoran jika tidak ada resiko gunakan APD

4. Penanganan dan Penyimpanan
  • Penangganan:
Jaga agar wadah selalu tertutup gunakan ventilasi yang memadai, hindarkan dari panas dan nyala api mematikan
  • Penyimpanan:
Simpat di tempat terpisah jaga agar wadah tetap dingin dalam area yang berventilasi, wadah harus tertutup dan bersegel sampai bahan siap digunakan, hindarkan dari sumber penyalaan.

D. Asam klorida (HCl)

KOMPOSISI BAHAN
Bahan 36% berat CAS No.7647-01-0
Batas pemaparan : 5ppm ( 7,5 mg/m3 ) ( TLV-C )

SIFAT:
  • Bentuk: Cair
  • Bau: menyengat
  • Warna: Bening sampai agak kekuningan
  • Massa jenis : 2.13
  • Titik didih: 85 oC
  • Titik lebur : -20oC
  • Tekanan uap (20oC: 20 mbar
  • Kelarutan dalam Air (20 oC): terlarut 82,3 g/ 100 m
  • pH (20 oC)  : 1
PENANGANAN:
1. Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
  • Mata      : Bilas dengan air mengalir sekurang-kurangnya 15 menit
  • Kulit      : Cuci dengan air sebanyak-banyaknya. Segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
  • Tertelan :  Bila sadar, beri minum 1 – 2 gelas untuk pengenceran. Hindari pemanis buatan.
  • Terhirup : Segera pindahkan korban ke tempat yang cukup udara, berikan pernafasan buatan atau oksigen korban segera bawa ke dokter.
2. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
  • Pemadaman api:
Dapat dilakukan dengan pemadam api biasa. Wadah yang terpapar panas dapat di semprot dengan air agar dingin, tetapi air tidak boleh masuk ke dalam wadah.
  • Bahaya khusus :
Bila kontak dengan logam akan menghasilkan gas hydrogen yang mudah terbakar
  • Instruksi pemadam api:
Dapat dilakukan dengan pemadam api biasa. Wadah yang terpapar panas dapat disemprot dengan air agar dingin tetapi air tidak boleh masuk ke dalam wadah. Pakailah pakaian pelindung diri dan alat pelindung pernafasan.

3. Tindakan Terhadap Tumpahan Dan Kebocoran
  • Tumpahan dan kebocoran kecil : Bila kebocoran tidak besar, tutup dengan tanah kering, pasir kering atau material lain yang tidak terbakar diikuti dengan lembaran plastik untuk menghindari penyebaran atau kontak dengan air hujan.
  • Tumpahan dan kebocoran besar : Penanganan kebocoran gas atau tumpahan larutan Hcl harus memakai alat pelindung diri terutama pelindung pernafasan, kulit (badan)
  • Alat pelindung diri : Respirator kimia penyerap HCL atau respirator udara (SCBA), Kacamata (goggles) atau perisai muka (Full face), gloves (neoprene, nitrile).
4. Penyimpanan Dan Penanganan Bahan
  • Penanganan bahan : Bekerja dengan gas atau uap HCl harus dalam lemari asam. Waspada terhadap kebocoran gas.
  • Pencegahan terhadap pemaparan :Gunakan SCBA dan pakaian pelindung
  • Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan
  • Penyimpanan : Simpan di tempat dingin, berventilasi dan lantai gedung harus tahan asam.
  • Syarat khusus penyimpanan bahan : Jauhkan dari bahan oksidator dan bahan alkali, serta sianida, sulfida, formadehid, logam natrium, merkuri sulfat dan amonium hidroksida. Periksa kebocoran wadah asam.

5. Pengendalian Pemajanan Dan Alat Pelindung Diri
  • Pengendalian teknis : Gunakan Ventilasi umum yang mencakup untuk menjaga debu ke tingkat serendah mungkin.
  • Alat pelindung Diri : Respirator kimia penyerap HCl atau respirator udara, kacamata (goggles), Jas lab, perisai muka (full face), sarung tangan karet (neoprene gloves)
E. Natrium Klorida (NaCl)

KOMPOSISI BAHAN
NaCl 100%

SIFAT FISIKA DAN KIMIA:
  • Keadaan fisik dan penampilan  : Solid. (Bubuk kristal padat.)
  • Bau: Sedikit.
  • Rasanya: Asin.
  • Berat Molekul: 58,44 g / mol
  • Warna: Putih.
  • pH (1% soln / air): Netral 7
  • Titik Didih : 1413 ° C (2575,4 ° F)
  • Melting Point : 801 ° C (1473,8 ° F)
  • Spesifik Gravity: 2.165 (Air = 1)
  • Properti Dispersi: Lihat kelarutan dalam air.
  • Kelarutan: Mudah larut dalam air dingin, air panas. 
  • Larut dalam gliserol, dan amonia. Sangat sedikitlarut dalam alkohol. tidak larut dalam Asam klorida.

PENANGANAN:
  • Kontak Mata:
Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
  • Kontak Kulit :
Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
  • Kulit Serius :
Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
  • Inhalasi:
Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian medis.
  • Serius Terhirup:
Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
PERINGATAN:
Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari bantuan medis segera.
  • Tertelan:
       JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh personel medis. Jangan   pernah memberikan apapun melalui mulut kepada korban yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul